Konsistensi Pesan dalam Kepemimpinan dengan Kepercayaan; resensi kuliah umum Doktor (HC) H.M. Jusuf Kalla

Terma “kepemimpinan”merupakan terma yang kompleks dan multitafsir. Terdapat berbagai pandangan mengenai kepemimpinan, salah satunya kepemimpinan transformasional.  Burns (1978) merupakan penggagas kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan transformasional dibentuk dengan 5 dimensi (Bass dan Avolio, 1994), yaitu : 1) Mampu mengungkapkan visinya (Idealized influence attribute). 2) Mampu menanamkan nilai-nilai, cita-cita, dan keyakinan kepada bawahannya (Idealized influence behavior). 3) Mampu bertindak dengan cara memotivasi dan memberi inspirasi dengan memberikan pengertian dan tantangan kepada bawahan (Inspirational Motivation). 4) Mampu memberika stimulasi untuk bersikap kreatif dan inovatif (Intelelectual stimulation). 5) Memiliki perhatian khusus pada tiap bawahan, kebutuhan dan dorongan untuk berprestasi.

Tulisan ini tidak sedang bercerita mengenai pemimpin dari negeri khayangan, melainkan sedang mencari wajah kepemimpinan yang mampu menggambarkan kepemimpinan transformasional. Tersebutlah sebuah nama yang mendekati seorang pemimpin transformasional. Ia pernah menjadi bagian dari resolusi konflik di indonesia bagian timur beberapa tahun silam. Karakternya yang terpercaya membuat ia mampu menjadi tokoh penting dalam perdamaian Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dan yang terkini, ia berhasil memasukan Palang Merah Indonesia untuk memberi bantuan ke daerah konflik Rohingya. Ia adalah Muhammad Jusuf Kalla, mantan wakil presiden Republik Indonesia.

Integritas menjadi modal

Walk the talk, mengerjakan apa yang diucapkan. Itulah makna dari integritas. Hal ini yang melekat pada sosok Jusuf Kalla (JK). Menurut JK, kepemimpinan harus berasal dari kepercayaan. Kepercayaan ibarat nafas bagi kepemimpinan itu sendiri. Apabila ia tiada, maka hilanglah kepemimpinan itu sehebat apapun kita. Percaya (trust) harus terbangun dari orang yang terpercaya (trustworthy). Setelah itu, baru akan muncul rasa saling menghormati (respect). Kemudian respect  akan menghasilkan trust kembali. Hal ini disebut dengan daur trust-respect.

Inti dari trust adalah k-o-n-s-i-s-t-e-n-s-i p-e-s-a-n yang kita tampilkan di muka publik. Apapun persona yang ingin kita tampilkan haruslah dilakukan secara konsisten, karena pengulangan pesan yang sama akan meneguhkan karakter kita di muka umum, sebaliknya, ketidakteraturan pesan yang disampaikan akan menyebabkan disonansi kognitif pada publik yang menilai kita. Misalnya saja, seorang pemimpin menampilkan diri nya di muka umum sebagai orang yang ramah dan kharismatik. Namun, jika di kesendirian dan kelompok yang lebih kecil, ia terlihat sebagai seorang yang pemarah. Kemudian, saat di rumah ia menjadi orang tua tegas dan permisif. Dalam hal ini, ia menampilkan banyak persona yang membuat karakternya tidak ajeg.

James Lange Theory

Jika kita berhadapan dengan Ular, apakah kita takut terlebih dahulu kemudian kita lari, atau kita lari dahulu sehingga kita menjadi takut? Menurut James Lange sebenarnya yang terjadi adalah kita lari dahulu sehingga kita menjadi takut. Poin penting dari James Lange theory adalah bergeraknya fisik kita akan menggerakan fungsi kognitif dan afektif dalam diri kita.

Menurut JK, menjadi pemimpin jangan memulai dari membaca buku kepemimpinan, melainkan mulailah dari bergerak. Bergerak berarti melakukan sebuah tindakan proaktif terhadap suatu fenomena, kemudian setelah itu baru proses evaluasi dilakukan. Teori-teori kepemimpinan letaknya berada pada proses evaluasi.

Dalam bergerak, sosiologi dari sebuah fenomena menjadi hal yang penting. Misalnya saja saat JK mencoba untuk mengirimkan bantuan PMI ke Rohingya, yang pertama kali ia lakukan adalah melakukan proses pencarian data presiden Myanmar, semisal buku apa yang biasa presiden Myanmar baca, bagaimana sejarah Myanmar, dan apa yang menjadi fokus utama presiden Myanmar saat ini. Jika dianalogikan pada tipologi pemimpin-manajer, pemimpin adalah orang yang menentukan hutan yang akan ditebang, dan manajer adalah orang yang menebang hutan dengan sebaik-baiknya. Memetakan kondisi sosiologi adalah bentuk dari menentukan ‘hutan’ yang tepat untuk ditebang.

Tentang Vokalis Band

Apa yang telah JK lakukan dalan 70 tahun terakhir secara tidak langsung memasukan dia dalam kategori pemimpin transformasional. Ia melewati karirnya secara runut baik dalam politik maupun dalam bisnis. Sehingga pertanyaannya adalah posisi puncak apa yang ingin dia capai? Dalam hirarki kepemimpinan di sebuah negara, jabatan presiden merupakan posisi tertinggi yang bisa dicapai. Ketika ditanya mengenai kemungkinan dia mencalonkan diri menjadi presiden di 2014, maka ia menggambarkannya dengan analogi vokalis band dan grup band.

Menurut JK, untuk menjadi presiden maka kita harus menjadi ‘vokalis band’ pada sebuah ‘grup band’. Grup band adalah partai politik dan vokalis band adalah calon presiden yang diusung. JK sendiri merupakan mantan ketua partai Golkar. Namun apakah Golkar akan mengusung JK? Sejauh ini, Golkar sudah memiliki calonnya sendiri untuk maju sebagai calon presiden 2014. Lalu bagaimana kemungkinan JK untuk maju sebagai calon presiden 2014? Semoga saja ia tidak padam sebelum waktunya.

”Seribu pahlawan bisa lahir dan mati dalam satu hari di negeri ini. Tetapi tak seorang pun ada yang peduli di tanah air kita ini. Dulu dalam kegelapan, seekor kunang-kunang pun bisa menjadi bintang. Sekarang bintang-bintang yang lahir malah dipadamkan”(Pramoedya Ananta Toer)

Leave a comment